Kamis, 24 Februari 2011

Anjungan Kalimantan Barat

Ini adalah beberapa hasil foto yang saya ambil di Anjungan Kalimantan Barta di TMII. Salah satunya adalah foto disamping, anjungan Kalimantan Barat yang saya lihat ini cukup mengaambarkan keadaan dan bentuk rumah adat Kalimantan Barat yang sebenarnya.
 Menurut saya bangunan adat ini sangat tradisional dan kulturistik, Keadaan dan gambaran masyarakatnya sangan terlihat pada setiap lekuk bengunana tersebut. Lihat saja bentuk atapnyayang tidak dari genting, melainkan dari serat-serat pepohonan. Panggung bangunannya juga yang terlihat lerbih berbeda dari beberapa bangunan rumah adat yang lainnya.

Saya juga menemukan hal unik lainnya pada rumah adat Kalimantan Barat ini, lihat saja tanggatangga yang melintang dari pintu depan rumah adat ini sepanjang panggungnya. Tangganya hanya berupa batang pohon yang dicoak beberapa, (tidak sampai patah) sebagai tumpuan kaki atau tangan untuk menaiki rumah tersebut, kreatifitas yang luar biasa bagi para masyarakat sukunya ditengah kemajuan teknologi yang ada. Hampir semua rumah adat di Kalimantan Barat yang ditinggali suku asli mereka, memakai konsep dan bentuk bangunan yang sama, dengan atap yang terbuat dari serat pohon, dindingnya yang terbuat dari kayu, pagarnya, dan tangganya, semua hal yang tradisional begitu melekat pada keseharian mereka.

patung Ini juga ada contoh patung suku Dayak. Suku yang berasla dari Kalimantan Barat. Patung-patung ini banyak mereka gunakan untuk disembah atau penjaga mereka, semacam berhala. Masyarakat suku Dayak mempercayai, bahwa didalam patung-patung tersebut bersemayam roh nenek moyang mereka, yang dapat memberikan kebahagiaan bagi kehidupan mereka. Patung-patung ini juga seringkali diletakkan didepan pintu rumah-rumah mereka, atau disamping-samping tangga yang menuju pintu atas. Karena dipercaya, roh nenek moyang yang berada di dalamnya dapat menjaga dan memperingati mereka akan bahaya yang akan datang pada penghuni rumah tersebut, atau keluarga mereka. Karena nenek-nenek moyang tersebut adalah pendahulu mereka, atau orang tua mereka dimasa lampau, maka roh-roh tersebut tidaka akan mau cucu-cucunya mendapatkan penderitaan.
Sumber :http://anggamarbels.ngeblogs.com/2010/01/08/anjungan-kalimantan-barat/

Read Rest Of Entry
Pada masa lalu, kehidupan suku-suku Dayak yang berdiam di pedalaman Kalimantan itu hidup secara berkelompok-kelompok. Di mana kehidupan yang mereka jalani pasti dilalui bersama, hal itu terwujud dalam sebuah karya yaitu, Huma Betang (Rumah Betang).

Betang memiliki keunikan tersendiri dapat diamati dari bentuknya yang memanjang serta terdapat hanya terdapat sebuah tangga dan pintu masuk ke dalam Betang. Tangga sebagai alat penghubung pada Betang dinamakan hejot. Betang yang dibangun tinggi dari permukaan tanah dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang meresahkan para penghuni Betang, seperti menghindari musuh yang dapat datang tiba-tiba, binatang buas, ataupun banjir yang terkadang melanda Betang. Hampir semua Betang dapat ditemui di pinggiran sungai-sungai besar yang ada di Kalimantan.

Betang dibangun biasanya berukuran besar, panjangnya dapat mencapai 30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang tingginya sekitar 3-5 meter. Betang di bangun menggunakan bahan kayu yang berkualitas tinggi, yaitu kayu ulin (Eusideroxylon zwageri T et B), selain memiliki kekuatan yang bisa berdiri sampai dengan ratusan tahun serta anti rayap.

Betang biasanya dihuni oleh 100-150 jiwa di dalamnya, sudah dapat dipastikan suasana yang ada di dalamnya. Betang dapat dikatakan sebagai rumah suku, karena selain di dalamnya terdapat satu keluarga besar yang menjadi penghuninya dan dipimpin pula oleh seorang Pambakas Lewu. Di dalam betang terbagi menjadi beberapa ruangan yang dihuni oleh setiap keluarga.

Pada halaman depan Betang biasanya terdapat balai sebagai tempat menerima tamu maupun sebagai tempat pertemuan adat. Pada halaman depan Betang selain terdapat balai juga dapat dijumpai sapundu. Sapundu merupakan sebuah patung atau totem yang pada umumnya berbentuk manusia yang memiliki ukiran-ukiran yang khas. Sapundu memiliki fungsi sebagai tempat untuk mengikatkan binatang-binatang yang akan dikorbankan untuk prosesi upacara adat. Terkadang terdapat juga patahu di halaman Betang yang berfungsi sebagai rumah pemujaan.

Pada bagian belakang dari Betang dapat ditemukan sebuah balai yang berukuran kecil yang dinamakan tukau yang digunakan sebagai gudang untuk menyimpan alat-alat pertanian, seperti lisung atau halu. Pada Betang juga terdapat sebuah tempat yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan senjata, tempat itu biasa disebut bawong. Pada bagian depan atau bagian belakang Betang biasanya terdapat pula sandung. Sandung adalah sebuah tempat penyimpanan tulang-tulang keluarga yang sudah meninggal serta telah melewati proses upacara tiwah.
Salah satu kebiasaan suku Dayak adalah memelihara hewan, seperti anjing, burung, kucing, babi, atau sapi. Selain karena ingin merawat anjing, suku Dayak juga sangat membutuhkan peran anjing sebagai 'teman' yang setia pada saat berburu di hutan belanntara. Pada zaman yang telah lalu suku Dayak tidak pernah mau memakan daging anjing, karena suku Dayak sudah menganggap anjing sebagai pendamping setia yang selalu menemani khususnya ketika berada di hutan. Karena sudah menganggap anjing sebagai bagian dari suku Dayak, anjing juga diberi nama layaknya manusia.

Sangat patut disayangkan seiring dengan modernisasi bangunan-bangunan masa sekarang, Betang kini hampir di ujung kepunahan, padahal Betang merupakan salah satu bentuk semangat serta perwujudan dari sebuah kebersamaan suku Dayak. Mungkin nanti Betang akan benar-benar punah tetapi merupakan tanggung jawab kita kepada leluhur untuk tetap mempertahankan semangat Huma Betang. Patut kita sadari di dalam diri ini pasti terdapat rasa untuk tetap memperjuangkan kebudayaan dari leluhur.
Referensi  :  http://betang.com/artikel/humaniora/dayak.html

Read Rest Of Entry

Followers

 

The Island Of Borneo Copyright © 2011 Template Blog Is Designed by SiNyO